MENULIS CERITA
Cerita
merupakan bentuk lain tulisan/karangan fiksional yang memiliki struktur yang
berbeda dengan puisi. Hal ini terjadi karena cerita secara konvensional lebih
dimaksudkan untuk memaparkan peristiwa tertentu yang
dialami oleh tokoh tertentu
di tempat tertentu dalam rentang waktu tertentu dengan pola tulis yang khas, berbeda dengan pola tulis puisi ataupun naskah drama. Karenanya, kegiatan dan tahapan menulis sebuah cerita menjadi lebih kompleks. Sejak di SD sebenarnta kita sudah mulai belajar menulis cerita melalui kegiatan belajar menulis sinopsis cerita-cerita yang telah dibaca. Dalam kegiatan tersebut Anda secara tidak langsung melihat bagaimana pengarang cerita yang Anda baca tersebut mengurut peristiwa dalam ceritanya, menghidupkan tokoh, menggambarkan latar cerita, menggunakan kata dan kalimat, dan sebagainya. Bila Anda ingin bereksperimen lebih lanjut, Anda dapat mencoba melanjutkan cerita yang belum selesai atau bagian awal dan tengah yang sengaja dibuang/dihilangkan. Bila telah selesai lalu Anda cocokkan kembali dengan bagian-bagian tersebut. Hasil eksperimen ini bisa saja sama ataupun berbeda dengan cerita asli. Tapi itu tak jadi soal. Yang penting Anda sudah mencoba keluar dari zona aman. Anda sudah mulai kreatif. Selanjutnya, Anda dapat juga mencoba menciptakan peristiwa lain sesuai dengan imajinasi Anda setelah membaca sebuah cerita. Anda mungkin tidak setuju kalau tokoh dalam cerita yang Anda baca tersebut harus bunuh diri pada akhir cerita. Karena itu, ciptakan saja peristiwa lain yang lebih cocok menurut Anda hingga akhir cerita tersebut menjadi berbeda, dari sad ending ke happy ending.Cara lain (yang lebih ilmiah) untuk menulis cerita ialah melalui proses atau tahapan sebagaimana Anda menulis karangan ilmiah. Langkah-langkah yang perlu Anda tempuh dalam model ini sebagai berikut.
di tempat tertentu dalam rentang waktu tertentu dengan pola tulis yang khas, berbeda dengan pola tulis puisi ataupun naskah drama. Karenanya, kegiatan dan tahapan menulis sebuah cerita menjadi lebih kompleks. Sejak di SD sebenarnta kita sudah mulai belajar menulis cerita melalui kegiatan belajar menulis sinopsis cerita-cerita yang telah dibaca. Dalam kegiatan tersebut Anda secara tidak langsung melihat bagaimana pengarang cerita yang Anda baca tersebut mengurut peristiwa dalam ceritanya, menghidupkan tokoh, menggambarkan latar cerita, menggunakan kata dan kalimat, dan sebagainya. Bila Anda ingin bereksperimen lebih lanjut, Anda dapat mencoba melanjutkan cerita yang belum selesai atau bagian awal dan tengah yang sengaja dibuang/dihilangkan. Bila telah selesai lalu Anda cocokkan kembali dengan bagian-bagian tersebut. Hasil eksperimen ini bisa saja sama ataupun berbeda dengan cerita asli. Tapi itu tak jadi soal. Yang penting Anda sudah mencoba keluar dari zona aman. Anda sudah mulai kreatif. Selanjutnya, Anda dapat juga mencoba menciptakan peristiwa lain sesuai dengan imajinasi Anda setelah membaca sebuah cerita. Anda mungkin tidak setuju kalau tokoh dalam cerita yang Anda baca tersebut harus bunuh diri pada akhir cerita. Karena itu, ciptakan saja peristiwa lain yang lebih cocok menurut Anda hingga akhir cerita tersebut menjadi berbeda, dari sad ending ke happy ending.Cara lain (yang lebih ilmiah) untuk menulis cerita ialah melalui proses atau tahapan sebagaimana Anda menulis karangan ilmiah. Langkah-langkah yang perlu Anda tempuh dalam model ini sebagai berikut.
Langkah Pertama:
Sebagai
penulis pemula, Anda sebaiknya membuat corat-coret kasar sebagai pegangan awal
untuk pengembangan cerita Anda. Rekan-rekan Anda yang sudah menulis cerita
lazimnya menyebut hal itu sebagai kerangka cerita atau jembatan keledai(?).
Dalam kerangka itu termuat:
1) Pokok persoalan yang akan diceritakan;
2) Tokoh yang mengalami persoalan tersebut;
3) Tempat dan waktu terjadinya peristiwa;
4) Konflik yang dialami oleh tokoh;
5) Cara tokoh menyelesaikan konflik;
6) Nasib tokoh pada akhir cerita;
7) Dan posisi Anda sebagai pencerita.
Pokok
persoalan, tokoh, dan peristiwa yang diangkat dalam cerita mungkin saja berupa
kejadian nyata yang Anda alami, Anda dengar, Anda Baca, ataupun Anda lihat
dalam kehidupan sehari-hari yang sudah Anda samarkan, Anda tambah, Anda perkaya
dengan imajinasi, sedemikian rupa sehingga sukar dibuktikan kebenarannya oleh
pembaca. Tentu saja tidak semua pokok persoalan ataupun peristiwa layak
diangkat menjadi sebuah cerita karena cerita yang kuat lazimnya menyajikan
pokok persoalan yang unik, yang menarik untuk diceritakan, dan memberikan suatu
pencerahan pada pembaca.
Langkah Kedua:
Tentukan
bagaimana sebaiknya Anda memulai atau membuka cerita. Anda mungkin dapat
memilih salah satu di antara sekian banyak cara yang sudah pernah digunakan
oleh cerpenis atau novelis senior dalam membuka cerita. Misalnya:
1) Perkenalkan tokoh yang akan mengalami peristiwa dalam cerita Anda.
Perkenalan ini lazimnya dibuat dalam bentuk deskripsi fisik ataupun mental sang
tokoh, baik dalam bentuk uraian langsung, maupun dalam bentuk monolog ataupun
dialog sang tokoh dengan tokoh lain.
2) Gambarkan lingkungan alam tempat tokoh berada. Anda dapat saja
memulai cara ini dengan deskripsi cuaca, kegiatan manusia/hewan, dan
sebagainya.
3) Penempatan satu peristiwa tertentu yang Anda anggap kuat atau
penting dalam cerita tersebut.
Langkah Ketiga
Cara
Anda memulai cerita akan memberi efek pada pengurutan peristiwa dalam cerita.
Para analis sering menggunakan istilah alur atau plot untuk merujuk pada cara
seorang penulis mengurutkan peristiwa dalam cerita tertentu. Bila Anda memulai
cerita dengan pengenalan tokoh atau lingkungan alam tempat tokoh berada lalu
dilanjutkan dengan peristiwa lain secara kronologis (urut waktu kejadian), Anda
menggunakan alur maju. Sebaliknya, bila Anda memulai cerita dengan peristiwa
tertentu yang menjadi klimaks atau peristiwa lain yang Anda anggap kuat lalu
Anda lanjutkan dengan penjelasan sebab-musabab terjadinya hal itu melalui
sistem sorot balik, flashback, Anda telah menggunakan alur mundur. Tapi, Anda tak perlu memikirkan apa komentar para analis. Yang penting,
ambil kertas, ambil pena, buat sebuah atau beberapa buah paragraf pembuka
cerita Anda.
Langkah Keempat:
Saat
membuka cerita Anda sudah harus menentukan di mana posisi Anda sebagai penulis
atau pencerita. Artinya Anda harus memilih: bermain dalam cerita Anda atau jadi
penonton saja. Bila Anda ikut bermain di dalamnya, Anda sebaiknya menggunakan
sudut pandang aku. Semua hal dalam cerita mengalir dari tokoh aku. Sudut pandang ini memudahkan
Anda dalam memaparkan berbagai hal tentang tokoh aku, termasuk pemikirannya,
perasaannya, dan sebagainya. Sebaliknya, bila Anda bertindak
sebagai penonton, Anda mencoba menceritakan apa yang dapat Anda amati, Anda
dengar, Anda baca tentang tokoh tertentu dalam cerita. Anda berada di luar
cerita dan bertindak sebagai pelapor atau komentator. Kadang-kadang, dalam
cerita-cerita yang telah terpublikasikan, pelapor atau komentator menjadi orang
yang mahatahu. Ia tahu juga apa yang dirasakan, dipikirkan, dan yang terbersit
dalam hati tokoh. Terserah Anda sajalah. Toh, yang punya cerita juga Anda.
Langkah Kelima:
Usahakan
agar tokoh cerita Anda hidup, seperti layaknya tokoh dalam dunia keseharian.
Kalau tokohnya binatang atau pohon, binatang dan pohon itu mirip dengan
binatang dan pohon yang Anda temukan dalam kehidupan Anda. Ia memiliki
sifat-sifat kebinatangan dan kepohonan, meskipun mungkin binatang atau pohon
yang Anda gambarkan itu unik, mungkin hanya ada di tempat Anda atau dalam
khayalan Anda. Sebaliknya, kalau tokoh cerita Anda adalam manusia, tokoh
tersebut idealnya memiliki sifat/watak seperti manusia pada umumnya. Ia
memiliki sifat kemanusiaan, meski kadang Anda mungkin menggambarkan tokoh yang
unik, hanya ada dalam lingkungan Anda. Karenanya, tokoh sebaiknya tergambar
secara detail, baik fisik maupun mental/jiwa/perasaannya. Anda boleh saja
menyebut atau menguraikan secara langsung ciri-ciri fisik ataupun perasaan
tokoh Anda. Cara ini disebut cara atau teknik analitik. Namun, Anda juga dapat menghadirkan kondisi fisik, tabiat, dan perasaan tokoh Anda melalui dialog tokoh dengan dirinya
sendiri, dialog antartokoh, tanggapan tokoh lain, ataupun penggambaran
lingkungan tokoh. Cara ini disebut teknik dramatik.Kadang-kadang, penggambaran
latar cerita dan penggunaan diksi atau kata-kata dalam dialog tokoh, seperti
ungkapan-ungkapan daerah/lokal, dapat membantu memperjelas identitas dan watak
tokoh Anda.
Langkah Keenam
Kalau
Anda kehabisan kata, beristirahatlah. Kalau masih sanggup, lanjutkan cerita
Anda dengan pemaragrafan peristiwa-peristiwa yang sudah Anda rancang dalam
tahap pertama. Ingat, sebagai sebuah refleksi realitas keseharian, usahakan
peristiwa-peristiwa yang dialami oleh tokoh berlangsung dalam suatu urut waktu
ataupun sebab akibat. Gunakan juga dialog ataupun monolog dalam
paragraf-paragraf Anda untuk membantu menjelaskan mengapa peristiwa atau hal
tertentu terjadi dan bagaimana reaksi tokoh utama atau tokoh lain terhadap
peristiwa tersebut. Ingat, dialog ataupun monolog akan sangat membantu Anda
dalam memperkenalkan dan mengembangkan watak tokoh dalam cerita sehingga mirip dengan
realitas keseharian. Usahakan agar Anda tidak mengurut peristiwa atau
memperkenalkan tokoh Anda dalam bentuksingkat
kata atau singkat cerita.
Langkah Ketujuh:
Usahakan
menjalin peristiwa yang akan diceritakan sedemian rupa sehingga menghasilkan
konflik cerita. Konflik dalam cerita dapat berupa konflik antara tokoh dengan tokoh lain, konflik
antara tokoh dengan dirinya sendiri, dan konflik antara tokoh dengan alam atau
lingkungan. Hal ini perlu karena kekuatan sebuah cerita
sangat bergantung pada konflik yang dialami oleh tokoh dalam cerita. Konfliklah
yang membuat pembaca menjadi hanyut, larut, ingin tahu kelanjutan, dan
menghembus napas lega ataupun menangis pada akhir cerita.
Langkah Kedelapan:
Tutup
atau akhiri cerita Anda bila peristiwa yang dirancang dalam corat-coret awal
sudah habis. Jangan terburu nafsu untuk menambah peristiwa-peristiwa lain yang
akan membuat cerita Anda menjadi kepanjangan, bertele-tele. Nanti, kalau sudah
bosan jadi cerpenis, buat cerita lain yang lebih panjang (novelet) atau
sekalian saja dalam bentuk yang mahapanjang (novel). Sudahlah, itu perkara
nanti. Sekarang buat saja paragrafpenutup untuk cerita Anda. Jumlahnya boleh
satu, dua, ataupun tiga paragraf. Dalam paragraf tersebut Anda dapat saja
menggambarakan keberhasilan tokoh menyelesaikan konflik yang dihadapinya (happy ending). Atau, sebaliknya, Anda membiarkan tokoh pasrah, mati, pada akhir
cerita. Kalau Anda tak dapat memilih, kasihan pada tokoh Anda, biarkan saja
cerita Anda menggantung, tanpa penyelesaian, biarkan saja pembaca menjadi
penasaran dan menyelesaikan sendiri cerita tersebut.Kasian deh lu!
Langkah Kesembilan:
Simpan
dulu cerita yang sudah Anda tulis. Kalau ada teman yang mau membaca karya Anda,
alhamdulillah. Minta komentar sang teman setelah membaca cerita tersebut.
Jangan marah kalau komentarnya tidak sesuai dengan harapan Anda. Semua komentar
atau tanggapan harus Anda terima dengan hati yang lapang. Anda timbang-timbang
saja semua komentar tersebut. Kalau Anda setuju dengan saran atau komentar
rekan Anda, ubah saja seperlunya. Anda dapat juga melakukan evaluasi terhadap
karya Anda secara mandiri. Saat rehat siang atau menjelang tidur malam, baca
ulang apa yang sudah Anda tulis. Tanyakan:
1) apakah pokok persoalan yang mau kusampaikan telah tersampaikan
dalam cerita ini?
2) apakah peristiwa-peristiwa yang kupilih ini mampu menyampaikan
tema tersebut?
3) apakah tokoh yang kupilih cocok untuk menyampaikan tema tersebut?
4) apakah tokoh dan peristiwa dalam cerita mirip dengan realitas
sehari-hari?
5) apakah kata atau bahasa yang kugunakan dalam cerita ini memikat,
mudah dipahamioleh pembaca?
6) apakah, apakah, apakah, apakah?
Langkah Kesepuluh:
Hasil
evaluasi tersebut akan mengarahkan Anda untuk merevisi atau tidak merivisi
naskah yang sudah Anda hasilkan. Bila Anda rasa tak ada lagi yang perlu
direvisi, coba saja kirimkan karya Anda ke surat kabar lokal ataupun nasional.
Jangan lupa berdoa agar karya Anda dimuat. Kalau tidak juga dimuat setelah Anda
kirim, anggap saja “kerusakan bukan pada pesawat Anda”. Anda harus terus
berkarya: menulis, menulis, dan menulis lagi. Suatu saat karya Anda pasti
terpublikasikan. Yakin sajalah.
Langkah Kesebelas:
Langkah Kesebelas:
Banyak-banyaklah
membaca. Orang bilang, “penulis yang baik adalah juga pembaca yang baik”. Kalau
ingin jadi penulis yang hebat, Anda harus banyak membaca karya yang sudah
ditulis oleh penulis yang hebat sebelum Anda. Lihatlah bagaimana penulis
tersebut mengemas peristiwa tertentu dalam ceritanya. Lihat juga
diksi/kata-kata yang digunakan, kalimatnya, dan sebagainya. Anda boleh
mencontoh hal yang Anda anggap kuat. Tapi, jangan menjiplak. Itu hukumnya
haram.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar